Kekurangan atau defisiensi vitamin A merupakan keadaan salah satu defisiensi mikronutrien yang terkadang tidak disadari namun ternyata menimbulkan efek yang sangat nyata. Berbeda dengan defisiensi makronutrien (seperti karbohidrat, protein, lemak, dll) yang menimbulkan penyakit gizi buruk / busung lapar, “kelaparan” akan mikronurien ini kadang kurang mendapat perhatian hingga menimbulkan gangguan tumbuh kembang yang tidak dapat pulih kembali (kita menyebutnya hidden hunger). , telah ditemukan sejak jaman Mesir Kuno
Defisiensi vitamin A terutama mengenai wanita dan anak-anak dari sosioekonomi tidak mampu dan diperkirakan 100 juta anak di dunia menderita kekurangan vitamin ini. Selain sebagai penyebab kebutaan, defisiensi vitamin A ikut menyumbang 2,2 juta kematian balita pertahun karena diare dan 1 juta kematian karena campak. WHO tahun 2005 memperkirakan 250 juta anak usia pra sekolah mengalami defisiensi vitamin A, dan 250.000-500.000 diantaranya akan meagalami kebutaan setiap tahunnya.
Kekurangan atau defisiensi vitamin A didefinisikan apabila kadar serum retinol dalam darah < 10 mikro g/dL. Vitamin A merupakan sekumpulan zat bioaktif yang larut lemak, termasuk asam retinoat. Vitamin A dibutuhkan untuk tumbuh kembang, penglihatan, daya tahan tubuh, reproduksi dan jaringan kulit. Vitamin A dari sumber hewani berbeda dengan sumber nabati, dari sumber hewani didapatkan vitamin A bentuk aktif, sedangkan dari sumber nabati, didapatkan karotenoid (provitamin A) yang perlu diolah tubuh terlebih dahulu sebelum menjadi vitamin A. Manusia tidak dapat memproduksi sendiri vitamin A, jadi harus kita dapatkan dari sumber makanan.
Vitamin A banyak terdapat pada hati, telur, keju dan produk peternakan lainnya (daging kalkun, daging sapi,dll) juga bisa dibuat tubuh dari karoten yang diambil dari sayuran berdaun hijau (bayam segar, kailan, buah berwarna kuning-orange (wortel, labu kuning rebus tanpa garam) ubi jalar direbus dengan kulit tanpa garam, bit, dll. Vitamin A memiliki fungsi daya tahan tubuh dan penggantian sel epitel sehingga berguna mencegah infeksi dan mempertahankan integritas sel-sel di usus, saluran napas, dan kulit yang merupakan pertahanan terhadap masuknya kuman dari luar tubuh.
Dalam bekerja, vitamin A dibantu oleh zat lain seperti protein dan zinc (seng). Vitamin akan diubah menjadi bentuk aktif retinoid yang bekerja seperti hormon, mengontrol pembentukan sel kulit, kelenjar keringat, terdeposit di sel batang dan kerucut mata, dan sebagai anti-inflamasi (anti radang) serta imunomodulator (pengatur daya tahan tubuh). Dengan program suplementasi vitamin A pada anak-anak, angka kematian akibat diare dapat turun 35-40%.
Suatu dampak spesifik defisiensi vitamin A ini adalah penyakit xeroftalmia (mata kering) akibat terganggunya penggantian epitel di mata pada keadaan defisiensi ini. Salah satu gejala awal adalah rabun/buta senja (hemeralopia), sudah dikenal sejak jaman Mesir Kuno. Berikut tahapan kerusakan mata, berupa xeroftalmia pada keadaan defisiensi vitamin A dimulai dari bentuk yang paling ringan.
Stadium Xeroftalmia (X0):
Xn : rabun/ buta senja (hemeralopia)
X1A : xerosis conjunctiva/ kekeringan konjunctiva –> pengerutan dan hiperpigmentasi (Gambar di bawah)
X1B: Bercak Bitot –> muncul bercak seperti busa “foam-like”’ di kornea