Fatimah Hidayati

Thursday, December 1, 2011

Pencegahan defisiensi vitamin A pada anak: Perlukah pemberian suplemen?

 

Kekurangan atau defisiensi vitamin A merupakan keadaan salah satu defisiensi mikronutrien yang terkadang tidak disadari namun ternyata menimbulkan efek yang sangat nyata. Berbeda dengan defisiensi makronutrien (seperti karbohidrat, protein, lemak, dll) yang menimbulkan penyakit gizi buruk / busung lapar, “kelaparan” akan mikronurien ini kadang kurang mendapat perhatian hingga menimbulkan gangguan tumbuh kembang yang tidak dapat pulih kembali (kita menyebutnya hidden hunger). , telah ditemukan sejak jaman Mesir Kuno

Defisiensi vitamin A terutama mengenai wanita dan anak-anak dari sosioekonomi tidak mampu dan diperkirakan 100 juta anak di dunia menderita kekurangan vitamin ini. Selain sebagai penyebab kebutaan, defisiensi vitamin A ikut menyumbang 2,2 juta kematian balita pertahun karena diare dan 1 juta kematian karena campak. WHO tahun 2005 memperkirakan 250 juta anak usia pra sekolah mengalami defisiensi vitamin A, dan 250.000-500.000 diantaranya akan meagalami kebutaan setiap tahunnya.

Kekurangan atau defisiensi vitamin A didefinisikan apabila kadar serum retinol dalam darah < 10 mikro g/dL. Vitamin A merupakan sekumpulan zat bioaktif yang larut lemak, termasuk asam retinoat. Vitamin A dibutuhkan untuk tumbuh kembang, penglihatan, daya tahan tubuh, reproduksi dan jaringan kulit. Vitamin A dari sumber hewani berbeda dengan sumber nabati, dari sumber hewani didapatkan vitamin A bentuk aktif, sedangkan dari sumber nabati, didapatkan karotenoid (provitamin A) yang perlu diolah tubuh terlebih dahulu sebelum menjadi vitamin A.  Manusia tidak dapat memproduksi sendiri vitamin A, jadi harus kita dapatkan dari sumber makanan.

Vitamin A banyak terdapat pada hati, telur, keju dan produk peternakan lainnya (daging kalkun, daging sapi,dll) juga bisa dibuat tubuh dari karoten yang diambil dari sayuran berdaun hijau (bayam segar, kailan, buah berwarna kuning-orange (wortel, labu kuning rebus tanpa garam) ubi jalar direbus dengan kulit tanpa garam, bit, dll. Vitamin A memiliki fungsi daya tahan tubuh dan penggantian sel epitel sehingga berguna mencegah infeksi dan mempertahankan integritas sel-sel di usus, saluran napas, dan kulit yang merupakan pertahanan terhadap masuknya kuman dari luar tubuh.

Dalam bekerja, vitamin A dibantu oleh zat lain seperti protein dan zinc (seng). Vitamin akan diubah menjadi bentuk aktif retinoid yang bekerja seperti hormon, mengontrol pembentukan sel kulit, kelenjar keringat, terdeposit di sel batang dan kerucut mata, dan sebagai anti-inflamasi (anti radang) serta imunomodulator (pengatur daya tahan tubuh). Dengan program suplementasi vitamin A pada anak-anak, angka kematian akibat diare dapat turun 35-40%.

Suatu dampak spesifik defisiensi vitamin A ini adalah penyakit xeroftalmia (mata kering) akibat terganggunya penggantian epitel di mata pada keadaan  defisiensi ini. Salah satu gejala awal adalah rabun/buta senja (hemeralopia), sudah dikenal sejak jaman Mesir Kuno. Berikut tahapan kerusakan mata, berupa xeroftalmia pada keadaan defisiensi vitamin A dimulai dari bentuk yang paling ringan.

Stadium Xeroftalmia (X0):

Xn : rabun/ buta senja (hemeralopia)

X1A : xerosis conjunctiva/ kekeringan konjunctiva –> pengerutan dan hiperpigmentasi (Gambar di bawah)

image

X1B: Bercak Bitot –> muncul bercak seperti busa “foam-like”’ di kornea

image

X2 : xerosis cornea/ kekeringan kornea (Gambar di bawah)

image

X3A : Ulkus cornea < 1/3 –> injeksi siliaris dan konjungtiva

image

X3B : Ulkus cornea > 1/3, keratomalasia (Rusaknya kornea)

image

XS : Corneal scar

image

Defisiensi ini menyebabkan keratomalasia (rusaknya kornea) dan menyumbang 20-50% kasus kebutaan pada anak balita. Kekurangan vitamin A juga dapat menimbulkan kematian akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh dan mudahnya terkena infeksi. Namun sejak tahun 1992, Indonesia dapat mengurangi angka kebutaan tersebut dengan program pemberian suplemen kapsul vitamin A secara meluas yang diprakarsai oleh Depkes dan Hellen Keller Internasional.

Bahkan sejak tahun 2002, Depkes merekomendasikan pemberian kapsul 400.000 IU (dua kapsul @ 200.000 IU dosis tinggi) pada lbu nifas tidak lebih dari 6 minggu setelah melahirkan.

Pencegahan

Defisiensi vitamin A dapat dicegah dengan suplementasi dan fortifikasi (penambahan) makanan dengan vitamin A. Yang dapat kita berikan untuk mencegah defisiensi vitamin A adalah pemberian suplemen  kapsul tetes vitamin A setiap 6 bulan sekali di Posyandu, sesuai program Pemerintah yang telah ada (yaitu setiap bulan Februari dan Agustus).

- usia < 6 bulan : 50.000 IU oral (1 kali setahun)

- usia 6 – 12 bulan : 100.000 IU oral (1 kali setahun)

- usia 1-5 tahun : 200.000 IU oral (2x setahun)

Terapi

- Hari 1 : 100.000 IU im atau 200.000 IU oral

- Hari 2 : 100.000 IU im atau 200.000 IU oral

- Hari 14 / perburukan / sebelum dipulangkan dari RS: 200.000 IU im / oral

 

Referensi

  1. Muhilal, Tarwotjo I, Kodyat B, Herman S, Permaesih D, Karyadi D, et.al. Changing prevalence of xerophtalmia in Indonesia, 1977‑1992. Europe‑an J. Clin. Nut. 1994; 48: 708‑14.
  2. Untoro R. Kebijakan Penanggulangan KVA di Indonesia. Presentasi Seminar Program Vitamin A, 8 Juli 2004. Direktorat Gizi. Depkes.
  3. Devaera Y. Defisiensi mikronutrien khusus: defisiensi vitamin A. In: Sjarid DR, Lestari ED, Mexitalia M, Nasar S, editors. Buku ajar nutrisi pediatrik dan penyakit metabolik. Jakarta: Badan Penerbit IDAI;2011.hal. 177-81.

2 comments:

  1. vitamin A juga sangat penting untuk kesehatan mata anak, mungkin jika merasa asupan vitamin ini kurang, sebaiknya menambahkan suplemen, tapi jika dirasa sudah cukup , tidak usah ditambahkan suplemen vit A.
    :-)

    ReplyDelete
  2. Your current report offers confiгmеd useful to mе personally.
    It’s extгemely informаtive аnd you're naturally very educated in this area. You get popped our eyes in order to numerous opinion of this specific subject with intriquing, notable and solid content.

    My site: http://aksample2.akdigitalweb.com

    ReplyDelete